Judulnya jadul, tapi ini kisah kecil
kami berempat di lingkungan rumah kami. Kisah empat anak kecil yang tergerus
waktu dan menjalani nasib kami yang berlainan namun saat bertemu kembali seolah
kami bisa bersama dengan cara kami. Sebutlah kami the genk, saya , Edi, Rahmat
, Uzan.
Kami berempat sering main bersama,
dimana-mana kami selalu berempat, mencari ikan yang hanyut di pasar ngasem ,dan
permainan-permainan lain yang mungkin tidak pernah kalian mainkan sebelumnya.
Keseruan-keseruan saat kami tak tahu apa itu HP. Seiring waktu aku lah yang
merasa paling berubah pertama kali peristiwa-peristiwa yang tak ku pahami membuatku
mengurung diri. Meskipun sekarang aku memahami apa yang terjadi sekian waktu
yang lalu.
Aneh ya itulah genk kami aku lah
perempuan satu-satunya di genk itu.tapi genk itu tidak melihat gender. Haha…
tidak ada genk yang begitu asik saat itu,kenakalan-kenakalan konyol kami.
Kecemburuan-kecemburuan kecil sebagai teman. Kami menikmatinya,semengalirnya
saja.
Hingga kami beranjak remaja dan memiliki
lingkungan sekolah yang berbada-beda. Mulai jarang saling sapa tapi kalau lagi
kumpul-kumpul bareng sama gilanya.
Waktu berlalu,hingga yang di sebut orang
lain yang kemudian hari di sebut oleh orang-orang pasangan, setahuku Rahmat cukup
tak terlalu setuju tiap aku jatuh cinta, ada saja complainnya memang aku rasa
dia wajar complain, karena kalau aku jatuh cinta virusnya terbaca sama terkesan
berlebihan atau benar-benar berlebihan. Helena teman perempuan baruku juga
complain hal sama. Kami berjauhan dan sekarang dia telah menikah dengan
perempuanya dan aku tidak complain. Uzan kami masih sering sekedar tegur sapa
biasa-biasa saja, tidak ada yang terlalu kami risaukan satu sama lain.
Aku pernah bercerita tentang, F 32.2
yang aku derita beberapa tahun silam, hingga aku pergi ke psikiater. Aku belum
lama ini mengetahui bahwa Edi juga pergi ke Psikiater dan mengkonsumsi obat .
bapakku bilang belum tentu orang di rumah itu bahagia kan, ya iyalah aku juga
pernah mengalami fase-fase itu, tapi keputusanku untuk tetap di rumah meskipun
kondisinya sangat angker juga hanya bantal dan kasur temanku sepertinya adalah
keputusan tepat. Aku juga sempat kabur dari rumah sebelum memutuskan untuk ke
psikiater tapi setidaknya aku kabur di rumah orang lain, yang notabene itu juga
itunganya di rumah orang. tidak dapat aku pungkiri depresi adalah momok yang
mengerikan dan takada satupun yang sebenarnya mau di fase itu tapi berani
mengakui bahwa ya saya dan sebagian lain sedang di fase itu adalah hebat tidak
ada yang dia sembunyikan tentang kondisinya, Dan peristiwa mengerikan itu
terjadi peristiwa yang tak terbayangkan bagaimana detailnya . “burung” itu
sebenarnya tidak terlalu besar hanya seukuran botol kecap 450 ml lah ini bukan
tentang seberapa ukuranya tapi tentang keelokan warnanya pernahkah melihat
keindahan gradasi warna milik burung merak biru hijau hitam bergantian bersilih
silang dengan gemerlap yang luar biasa seperti bling-bling di film-film kartun
Barbie.
Jika aku ada di TKP aku tak akan menampik
jika aku juga akan menunggu burung itu turun.
Mereka adalah teman-teman kecilku yang
juga aku sangat perdulikan. Mereka adalah bagian hidupku yang tidak ada
seorangpun di kehidupanku berikutnya bisa cemburu pada sikapku pada mereka.
Mereka sudah seperti saudara bagiku. Tidak lebih.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu