Boneka ini sudah menemaniku sejak, beberapa tahun ini. bentuknya memang tidak begitu bagus karena ini buatan tangan bibiku sendiri dia membuatnya dari kain karung gandum dan memiliki rambut merah menyala dari wol, aku terkadang heran mengapa tidak ada raut mukanya, apa belum selesai? aku mengambarnya dengan sepidol permanent. Sebuah wajah tersenyum kadang aku meletakanya di bangku meja kerjaku,aku tinggal di sebuah apartemant bersama seorang teman perempuanku namanya Maudy,ya apartemant ini juga kantor rahasia, mengapa rahasia di sini kami membangun sebuah bisnis online, menjual barang-barang yang di produksi dari sampah,pengelolaan sampah. Di Apartemen depan juga tinggal tiga orang sahabat laki-laki kami, Marwan, Dega,Arjun. Marwan,menyebut namanya rasanya aku ingin membunuhnya, mehihat orangnya rasanya aku ingin meracuninya dan menyincang-cincangnya, dia adalah anggota terakir yang masuk di gank rubproduction. Tapi dia juga yang membuat semuanya hancur, masa depanku rasanya sakit sekali masih sakit,malam itu dia mabuk berat sebagai sahabat aku menolongnya membawanya masuk ke apartemen untuk istirahat tapi justru aku yang jadi korban Marwan menyiksaku tanpa sebab, setahuku aku bangun sudah tak berpakaian lagi, malam itu aku diperkosa pertama kali oleh Marwan dan boneka itu adalah saksi bisunya. Aku ingin bercerita pada Maudy ingin sekali tapi aku terlalu takut malu dan trauma.aku memendamnya. Aku hanya bisa memeluk boneka yang sudah ku beri taring hingga lebih mirip vampire daripada boneka senyum.
“bonekamu jadi vampire ya, Rea?”
“iya dia jadi vampire ,panggil saja Cullen”
“hahahah dilihat dari mana hingga dia mirip Robet”
“dilihat darimana saja boleh”
Aku menjadi lebih ketus dan cuek sejak kejadian malam itu,aku tidak pernah bicara pada Marwan sejak aku terbangun. aku malah ingin menghindar karena ketakuatan, dan tidak nyaman dengan kehadiaran Marwan di setiap dikusi “Rubproduktion”.aku lebih pendiam tertutup semakin misterius.
Aku pulang dari belanja di lantai bawah kejadian itu masih kuingat, sangat ingat aku bersykur aku tidak hamil. Apartemen kosong, aku memanggil Maudy. Tak ada jawaban pintu kamarnya di kunci.pasti Maudy pergi jauh dan lama. Aku menelponya.
“Rea, maaf aku pergi bersama Dega, ibuku mendadak sakit,aku harus pulang ke Bandung”
“kenapa harus sama Dega?”
“ Dega, Dega dan aku akan menikah Rea”
“menikah? Dengan Dega???”
“iya,aku dan Dega sudah di jodohkan sudah lama”
“kok bisa,”
“ kita juga baru mengetahuinya Rea,ibu-ibu kami merahasiakan perjodohan ini,katanya biar aku dan Dega bersahabat dulu,mereka berharap dengan persahabatanku dan Dega akan menumbuhkan perasaan saling sayang dan percaya secara alami dan wajar hingga kami menyadarinya”
“…………………………………………”
“kamu tahukan, kalau aku sudah jatuh hati pada Dega sejak lama”
“iya”
“dan di persahabatan ini tidak ada hal yang boleh menghalangi rasa cinta jika memang itu terjadi”
“iya”
“Dega, memintaku untuk menjadi istrinya dua hari yang lalu, aku setuju,dan kami kabari tentang rencana pernikahan ini,dan mereka baru menceritakan tentang perjodohan ini pada kami,sesuatu yang indah bukan?”
“iya indah, hati-hati di jalan dy”
“iya jaga Rumah baik-baik ya”
“ok”
“daaaaa Rea”
Maudy pergi dan aku sangat tidak suka ,kejadian itu belumkuceritakan padanya dan sekarang Maudy pergi mungin untuk waktu yang lama. Arjun laki-laki baik hati kulitnya putih dan tampan, adalah sahabat tebaiku aku bisa menceritakan banyak hal padanya,mengetuk apartemen Arjun membuatku tidak tenang harus kuakui bahwa aku menyukai Arjun tapi. Sudahlah mungkin aku bisa bercerita pada Arjun,aku membawa Cullen sebagai saksi.
Aku mengetuk pintu, dan yang muncul justru Marwan.
“loh Arjun Mana?”
“kok cari Arjun?, gimana kalau sama aku ajah”
Aku mencoba berlari dan menghindar tapi Marwan tetap lebih kuat, dia berhasil merahihku dan kejadian itu terulang untuk kedua kalinya , aku hancur berantakan. Aku merasa kehidupanku tidak layak aku pertahankan, aku benar-benar Sampah aku merasa jijik pada diriku sendiri.
Aku kembali ke Apartemen menyakalan shower dan membiarkan diriku berjam-jam terpapar air.aku demam dan sekali lagi Cullen menjadi saksi bisunya.
Ini sudah tiga bulan sejak kejadian mengerikan itu dan aku masih di selamatkan karena aku tidak hamil, aku menjadi lebih pemurung dan pendiam aku ingin membunuh Marwan.
Maudy kembali dia sudah menyewa apartemant lain dengan Dega.aku memeluk Maudy lebih erat.
“merindukanku ya?”
Aku hanya menganguk aku masih belum cerita tentang apa yang terjadi, Selama ini semua ini. Semuanya hanya tahu alsanku menjauhi Marwan karena aku merasa tidak cocok padanya.
“mana Cullen?”
“ku simpan,wajahnya semakin menakutkan aku tak suka lagi”
Bisnis kembali berjalan,Marwan mendekatiku akhir-akir ini aku selalu meghindar,aku telalu takut menatapnya apa lagi jika dia tak sengaja menyentuhku ingin kulemparkan barang apaun yang ada di dekatku agar dia tak menyentuku. Aku menjahui Marwan sebisaku dengan alasan yang wajar. Lidahku masih kelu tantang kejadian yang mengerikan itu.
Pagi itu aku dan Arjun menyempatkan diri untuk gym,aku merasa hidup kembali jika bersama Arjun, aku merasa bahagia dan tidak lagi tertekan jika bersama Arjun. Gym selesai kami semua berkumpul di apartemen ku, membahas banyak hal tentang bisnis.
Di tinggal sendirian merupakan hal yang paling tidak aku sukai setelah kejadian itu,aku terlalu takut sendirian.
Hujan masih turun dengan lebatnya, aku terbangun karena bermimpi tentang Cullen yang mulai kesepian ku masukan di lemari aku mengeluarkan Cullen dari lemari dan meletakanya di kursi. Seseorang mengetuk pintu,dan aku tidak ingin membukanya.
“Rea, ini Arjun, kau punya gula?”
“Rea, rea!”
“arjun?”
Aku segera bergegas membukakan pintu,tapi ketika aku membukakan pintu justru Marwan sedang lewat,aku sangat ketakutan,Marwan menganjal pintu dengan kakinya dia tersenyum aku semakin ketakutan kali ini dia kembali berhasil,membuatku hancur untuk ketiga kalinya.
Dan Cullen menjadi saksi bisunya.
Aku semakin tak bersemangat menjalani hidup,rasanya sangat kacau,ingin bunuh diri, Cullen aku simpan di kolong tempat tidur melihat Cullen seperti melihat Marwan.
Aku merasakan kehidupan di rahimku,aku hamil.
“hai Cullen,”
Aku masih sibuk membaca majalah,sebenarnya tidak juga aku sedang melihat test pack,yang bergaris merah dua.
“rea,”
Aku menoleh Maudy menunjukan Cullen padaku.aku menjadi ketakutan setegah mati badanku mengigil dan berkeringat aku semakin pucat badaku tiba-tiba dingin aku melihat wajah marwan bapak dari bayi ini. Maudy menjadi panic dan memeluku tak sengaja dia menemukan test pack itu.
“Rea!bilang sama aku siapa yang melakukan ini”
aku masih diam dan mengigil ketakutan,aku sangat takut dan melempar Cullen,jauh-jauh melihat Cullen seperti melihat kejadian itu, merasakan rasa sakit itu.
Rea berlari menuju apartmen sebelah.
“gawat Rea, hamil”
Semua teman-teman melihatku di kamar.
Maudy menguncangkan tubuhku, memaksaku menunjuk siapa yang telah membuaku berubah 280 derajat,aku bernikan diri, untuk menunjuk Marwan dan menyebut namanya, meskipun aku sebenarnya ingin muntah jika menyebut namanya. Semua mata tertuju pada Marwan, aku memeluk maudy dan memberitahu kalau Marwan sudah bertindak tiga kali.
“Rea, jangan-jangan itu bukan anak gue, loe juga seringkan main sama yang lain”
Tampaknya Dega mulai marah Arjun masih menahan Dega. Aku sudah tidak tahan lagi,
“berngsek, loe pikir gue cewek murahan setelah elo ngelakuin itu semua ke gue!,mentang-mentang gue nga ngaduin tentang kebejatan loe, elo terus memaksa gue ngelakuin itu semua”
Dega,sudah tak tahan dia menghajar Marwan habis habisan Arjun berusaha agar Dega tak melampaui batas, dan Marwan dibawa kekantor polisi. Aku masih mengigil di kamar di temani Maudy.
Sebenarnya Maudy belum mau meninggalkanku sendirian di aparteman tapi tampaknya Dega membutuhkan Maudy. Marwan masih di periksa di kantor polisi semoga dia di jebloskan ke penjara untuk waktu yang sangat lama tanpa pembelaan dari siapa-siapa sedikitpun.
Jam terus berputar seperti kemarin hari terus berganti Toko online kami Tutup sementara waktu. Arjun pembawaanya tenang dia memang seperti seorang pertapa yang tidak memikirkan duniawi dengan terlalu dalam tenang menuju nirwana, tapi aku tahu dia manusia. Arjum memberanikan diri untuk menjenguku.
“Rea,?”
“hai, arjun,apa aku sudah semakin gemuk”
“hemm belum, belum begitu terlihat”
“aku tidak ingin bayi ini di Rahimku, sebenarnya Rahimku ku persiapkan untuk anak-anak dari suamiku,anak anak yang sah,yang halal.”
“tapi dia tidak berdosa”
“aku tahu dia masih terlalu kecil,dia hanya tahu dia sedang di kandungan ibunya, just that”
“terus bagaimana dengan orang tuamu?”
“sekarang, dengan keadaan yang seperti ini, dalam hukum yang aku tahu,orang tuaku berhak memilih siapa saja yang jadi suamiku, tapi jika Ayah tahu ini perbuatan dari pemerkosaan mungkin aku benar-benar tidak di nikahkan dengan Marwan, karena dia tidak bisa menghormatiku dan bertangung jawab padaku”
“bagaimana jika Marwan ingin bertangung jawab”
“ini bukan perzinahan yang di sepakati kedua belah pihak,atas dasar suka sama suka, ini pemerkosaan, pemaksaan,perampasan. Lebih baik aku mati jika memang keputusanya Marwan harus menikah denganku, dia tidak akan pantas di sebut suami, aku ragu meskipun dia bapak dari anak ini dia tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk anak ini”
“aborsi?”
“sempat terpikirkan ,tapi aku akan menjadi pembunuh,aku juga akan merampas hak hidupnya, tak ada bedanya dengan Bapaknya”
“jadi”
“biarkan janin ini hidup,meskipun aku tak penah menginginkanya, jika dia pergi biarkan dia pergi jika dia mau bertahan dan tinggal di Rahimku,biarkan dia bertahan hingga lahir”
“kau akan menyanagi bayimu?”
“………………………………………………………..”
“rea?”
“itu pertanyaanya aku juga tidak bisa menjawab, aku mungkin tidak akan bisa memberinya gizi yang baik,aku lebih ingin dia pergi, tapi bukan aborsi”
Ajun mendekat dan ingin memeluku tapi aku mendorongnya dengan kuat, aku masih takut berdekatan dengan lawan jenis.
“maaf Rea,aku tidak bermaksud”
“ya aku tahu tapi jangan mendekat dulu”
Suasana lengang,tak ada yang angkat bicara.
“Rea,apa aku boleh menjadi suami mu dan mencoba menjadi ayah yang baik untuk bayimu”
“ini bukan anakmu! Ga uash sok deh”
“Rea aku serius”
“kasihan sama aku?”
“nga, aku tahu kamu kuat toh jika aku biarkan kamu sendirian aku rasa kamu mampu. Tapi
Aku memang sayang sama kamu jauh sebelum ini memang aku sudah punya rencana untuk menikah denganmu”
“tapi kamu ga pernah seserius ini?”
“iya aku serius”
Kata-kata yang aku tunggu dari bibir Arjun setealah bertahun-tahun kami bersahabat akhirnya meluncur juga, kami hanya saling tersenyum di balkon saling melirik dan tetap mencoba mengangatkan diri dengan segelas kopi instant panas di tangan kami. Aku seperti ingin meledak bahagia,aku melupakan tentang janin konyol ini,aku seperti perempuan lain yang tersipu karena ada laki-laki yang di cintainya setangah mati mengajaknya menikah. Tapi jauh di dalam hatiku aku masih tertekan dengan janin ini. Sudah berhari-hari Arjun tak menegokku, dia pulang ke Semarang,setelah itu lanjut ke Surabaya untuk melamarku. Aku mersa kasepian dan depresi berhari-hari mual dan tak nafsu makan. Ini adalah titik dimana aku benar-benar merasa sendirian lagi, Maudy dan Dega sedang ada seminar di Sumatra. Apartemen barantakan karena aku sudah tak punya stok makanan untuk jalan-jalan saja badanku sakit setegah mati. Janin ini seperti vampire seperti Cullen kecil setiap hari membuatku lemas. Berdiri di depan cermin aku sangat membencinya sejak aku hamil seperti melihat Marwan.
Arjun kembali bersama orang tuanya dan orang tuaku, mereka langsung terbang dari Surabaya. Mungkin Arjun kaget melihat tempat ini seperti habis terkena tsunami. Arjun sangat kawatir ketika melihatku lemas di tempat tidur . Bunda menghampiriku lebih dulu memeluk ku matanya meneteskan air mata tampaknya dia merasakan bebanku. Ibunya Arjun mendekat dan mengelus pundakku kedua perempuan ini memang mencintaiku sejak pertama kali aku melihat mereka berdua. Mereka tidak bertanya apa-apa tidak marah tidak menyalahkan. Sementara ketiga laki-laki hanya diam dan menunduk melihat ketiga wanita yang sibuk menagis di dalam kamar. Arjun menelpon petugas house kepping untuk membersihkan Apartemen.
“bu,saya dan bapak sama om pergi belanja di bawah dulu ya”
“iya”
Ketiga laki-laki itu pergi, Bunda membawa oleh-oleh yang cukup banyak tak kalah dengan makanan yang di bawa oleh ibu nya Arjun. Surga makanan, tapi aku tetap tidak ingin makan.
“makan donk sayang badan kamu kurus gini ga bagus buat bayi kamu”
“aku tidak menginginkanya bunda!”
“em, baik lah makan makananya biar kamu agak gemuk dan ga kurus seperti ini,kan mau nikah masak pengantin perempuanya badanya kurus banget kan ga pas”
Aku tersenyum mendengar kata-kata dari ibu nya Arjun, pelan-pelan aku mencoba memasukan beberapa suap nasi yang di suapi Bundaku sendiri, sudah lama aku tak di suapi Bunda, lama sekali, Bunda meneteskan air mata lagi.
Satu minggu sudah aku dekelilingi keluarga ini, rasanya seperti pulang kehabitatku, ketempat semestinya dimana aku berada. Dan hari pernikahan itu datang.
Aku tak pernah membayang kan pernikahan yang sepi seperti ini,memang sedikit orang yang datang aku sendiri di kamar tidak di sandingkan dengan Arjun, aku tidak mamamerkan kebaya yang bagus hanya dengan baju muslim yang di oleh-olehkan ibunya Arjun. Selang tiga hari setelah pernikahan keluarga ku pamit pulang, sekarang aku benar-benar menjalani kehidupan rumah tangga dengan Arjun. Aku bahagia karena akhirnya bisa menikah dengan Arjun tapi aku juga sedih karena aku tidak dalam kondisi yang aku inginkan, aku malah merepotkan Arjun dengan kondisiku seperti ini. Aku merasa tak bisa melayani Arjun sebagai mana layaknya istri-istri yang lain kami pisah ranjang aku masih terlalu trauma. Arjun sangat baik dia bernar-benar memperhatikan diriku dan bayi ini, Arjun yang menyiapakan sarapan setiap hari,tapi aku sering tak memakanya, dia mengalah untuk menungguku hingga makanan habis. Dia sering membuatkanku susu untuk kehamilan tapi aku lebih sering membuangnya di wastafel tanpa sepegetahuan dia.
Apartemen yang di tinggali Arjun kini sudah di sulap 100% menjadi kantor dari bisnis online kami menjadi gudang dan proses packing. Di sela-sela kesibukanya Arjun memperhatikanku seperti biasa memintaku untuk selalu makan jika sudah jamnya makan, terkadang aku justru yang marah besar padanya, aku lebih sering membiarkan diriku kelaparan.
Tapi mala mini Arjun Marah besar dia membentaku, aku tahu dia lelah menyiapkan banyak paket yang memang sudah jadwal dikirim hari ini.
“ternyata kamu lebih keji Rea! Kamu adalah pembunuh! Pembunuh yang bersenang-senang melihat korbanya kesakitan, kamu tega membunuh bayimu sendiri pelan-pelan, bayi yang seharusnya kamu sayangi! Tapi kamu justru malah menyiksanya! Terserah kamu, kamu di beri kepercayaan memiliki bayi tapi kamu justru menyiksanya”
“kamu! Kamu tahu aku tidak suka mengandung bayi ini, ini sangat menyiksa”
“kamu yang menyiksa dirimu sendiri! kamu berbuat seperti ini apa tujuanya! Kalau kamu ga mau di sebut-sebut sebagai pembunuh, kamu harus merawat bayimu suka atau tidak suka itu rezekimu.”
“ini hukuman bukan rezeki!”
“kamu tahu Rea bagiku kehamilanmu adalah anugerah buat aku sebagai suamimu”
Inilah pertengkaran terbesar dalam rumah tanggaku yang berusia tiga bulan semua karena bayi ini,aku mulai menyalahkan bayi ini lagi untuk kesekian kalinya.
Pagi ini tak ada sarapan di meja seperti kemarin, sudah dua hari aku tak bicara dengan suamiku. Tapi pagi ini aku merasa ada yang aneh di rahimku aku merasa ringan tapi semakin aku merasaknya rasanya semakin sakit rahimku sangat sakit,dan darah mulai mengucur keluar,aku mungkin keguguran. Aku memanggil Arjun lewat ponsel,aku tak bisa bicara, Arjun datang. Arjun segera membawaku kerumah sakit.
RUMAH SAKIT 09.15
Aku terkapar lemas tak sadarkan diri,aku mendengar semua obrolan dokter. Mereka berusaha menyelamatkan bayiku.
“Rea,kumohon jangan konyol.hentikan tindakan yang mengerikan ini.kumohon berikan aku kesempatan menjadi suami dan ayah dari bayimu, aku tahu kamu cinta padaku sangat cinta,kumohon kabulkan permintaanku Rea”
Aku dibawa ke ruang bersalin, apa aku keguguran? , tapi mengapa aku merasa sangat sedih jika itu terjadi, bukankah sebelumnya aku yang menginginkan bayi ini pergi. Kata-kata Arjun di koridor Rumah sakit membuatku merasa sedih membuatku ingin mempertahankan bayi ini karena Arjun. Hanya karena Arjun, pemintaan Arjun, aku Sangat cinta padanya. Aku ingin membahagiakanya, jika dengan bayi ini dia bisa bahagia, aku akan mempertahankanya. Tapi mungkin semuanya terlambat,kemungkinan keguguran sangat besar.
Aku membuka mata dan melihat Arjun mengegam tanganku dengan erat. dia tertidur ,dari gerakan badanya aku tahu dia menangis karena kesedihan yang sangat. Aku menutup mata merasakan rahimku,bayi itu di sana masih hidup detak jantungnya sangat pelan aku merasakan mahluk yang kusebut-sebut vampire itu masih di sini di tubuhku di rahimku. Aku lega.
Sepulang dari rumah sakit aku seperti orang baru yang menerima kenyataan dengan positif. Maudy juga baru saja mengabari kalau dia hamil, kami berdua menjadi ibu hamil yang bahagia. Dimaja oleh suami aku semakin merasakan kebahagiaan saat hamil,seperti yang diakatakan orang-orang.aku mensyukurinya. Usia kandunagku sudah delapan bulan,sudah hamper tiga bulan lebih ini aku seranjang dengan Arjun, aku senag tidak tidur sendirian lagi.
Bergerak, Bunda selalu menelponku seminggu sekali, menyuruhku bergerak beraktifitas sebisaku, tapi dengan ritme yang di jaga agar tidak terlalu lelah. Aku masuk kamar Arjun,aku membereskan kamar yang sudah tidak terpakai beberapa bulan ini. Tak sengaja aku menemukan kotak rotan, isinya surat surat medis. Aku membereskan memasukan ke amlop.
Subuah surat bertuliskan rahasia dan nama Arjun tartempel sabagai penerima,aku membukanya sudah tak ada rahasia lagi antar suami istri bukan? Aku mencoba memahami hasil lab,aku megerti lab menguji seperma milik arjun untuk pemeriksaan menuju pernikahan tapi jika dilihat dari tanggalnya ini sudah hampir Lima tahun lalu.
Arjun masuk kekamar dia tersenyum melihatku, aku menyerahkan surat medis itu padanya. Dia menbacanya tersenymlagi dan memeluku.
“surat keterangan dokter, hasil pemeriksaan lab, kualitas seperma”
“buat?”
“menikah dengan Eva”
“Eva patris Hutapea? Mualaf itu?”
“iya, kami melakukan serangkaian pemeriksaan dan serangkaian uji lab untuk kepentingan pernikahan kami, ya sel darah, kesehatan bahkan seperma dan kondisi rahimnya, hasilnya aku di pastikan Mandul”
“kamu Mandul?”
“iya karena , ganguan genetic. Ada dua mutasi genetic dari ayah dan ibu membuat membuat menghilangnya lapisan karbohidrat di sekitar seperma jadi mobilitasnya berkurang,kondisi ini membuat aku dikatakan mandul karena mobilitas seperma yang pelan”
Aku ngilu mendengar pengakuanya, pantas saja di memohon dengan sangat agar aku menghentikan kebodohan dengan menyiksa bayi ini, dia sadar dia tidak bisa memberiku keturunan.
“keluarga Eva membatalkan pernikahan membawa Eva pergi,ke Eropa, semua akses di ganti"
Aku sangat cinta padanya, dia juga sudah menunjukan kesungguhanya untuk hidup bersamaku, aku siap menerima kenyataan ini, Arjun juga tak pernah mudah menerima kenyataan bahwa dia mandul,dia Tahu aku mencintainya dari diary yang tertinggal di apartemen nya,dia merasa sangat senang ada yang mencintainya dengan segala kekuranya, tapi untuk mengajaku menikah dia sangat ragu, teringat bahwa dia mandul. Teringat Eva yang pergi karena masalah itu. Mengetahui aku hamil Hatinya juga hancur karena perempuan yang mencintainya di rusak, tapi dia juga senang karena dia tahu aku sempurna sebagai seorang perempuan meskipun dengan kekurangan.
“kamu sempurna Rea, bisa hamil dan bisa menjadi seorang ibu, aku hanya bisa menjadi suami tanpa bisa menjadi seorang ayah,”
“kita sama-sama terluka, kita sama – sama hancur, atas kenyataan ini tapi kita bersama untuk menyembuhkannya untuk mengobatinya meskipun luka itu membekas, bukan masalah besar yang penting lukanya sembuh”
Aku tersenyum,kami lahir untuk saling menguatkan, mencukupi dan memenuhi serta menjadi doter untuk luka kami berdua. Aku melahirkan seorang anak perempuan yang manis wajahnya mirip Arjun. Selang tiga bulan kami mengulai pernikahan kami kali ini lengkap dengan surat-surat,kami sah di depan Hukum dan agama. Kehidupan kami di mulai kehidupan dari awal.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar
mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu