Rabu, 19 Oktober 2011

Surau Salemba

Diposting oleh dara izhhar di 13.33

Surau SalembaRemah-remah biscuit masih ada di pangkuanmu, matamu masih menatap kearah danau kadang kau menatap salah satu gedung pendidikan yang tak jauh dari tempat kau duduk. Tak ada kata-kata berarti yang terucap dari mulutmu, setiap orang yang duduk di sampingmu selalu kau tanyai dengan hal sama.“ saya dimana? ”“salemba dik….”Setelah jawaban kau dapat kau mengagguk dan sedikit tersenyum lalu diam. aku pusing, sebenarnya kamar kostku juga tak jauh dari danau itu jadi setipa hari aku membuka jendela aku selalu melihatmu. Tak peduli hari apa, bahkan musim liburan saat aku pulang kampung dan kembali lagi aku masih iseng bertanya apa kamu masih disini saat aku pulang kampung , pada temanku yang tak pulang kampung jawab mereka singkat“masih di situ, setiap detik seperti biasa subuh dia datang senja dia pergi”

Entah aku juga tak bosan melihatmu duduk di situ, seperti ada kenikmatan tersendiri melihatmu duduk tenag dengan pandangan kosong menatap sekelilingmu. Kau mungkin tahu jika aku bosan dengan kuliah aku selalu menghampirimu meskipun kita tidak bicara, dan kau selau bertanya hal yang sama. Waktu bergulir dan aku akan segera meniggalkan salemba aku akan kemasi segala hal tentang salemba buku, jas almamater, bahkan fotomu yang kuambil diam-diam. Aku beranikan diri untuk berpamitan padamu.Entah kau mendengar atau tidak peduli atau tidak tapi aku yakin kau harus mengetahui hal ini.“ hai, aku LU…..lu…..luki, ka…..ka….kamu si…apa?, suu…daaah lama kit….kita sering du….du…duduk di sini, ak…..ak….aku mau pu……pul….pulang ke kampung eng……enggak di sa…..sa…..salemba lagi, bo…..bo…..boleh aku ba…..ba……bawa fotomu? Kam…kam….kamu kenapa se….se…..sering duduk di sini?  ”Kau tetap diam. jujur ini adalah salah satu kalimat terpanjang yang aku pernah ucapkan selain ujian lisan sekripsi, orang –orang yang melihat aku dan kamu hanya cekikikan melihat seorang pemuda gagap berbicara hingga kelelahan pada seorang  gadis yang datar dan tanpa feed back. Aku ambil nafas dan kembali  menyatakan sesuatu. Tentang kenyamanan saat aku si sisimu, tentang rindu yang lucu saat sehari saja tak melihatmu duduk di tepi danau, tentang kekuranganku. Salemba mulai menyenja kau beranjak dengan hanya menatapku kosong.“ hai….. ak…aku berangkat jaa…m sepuluh pagi be….besok , ak…..aku sa….yang…..kamu……”Kau berhenti sejenak dan melanjutkan langkahmu,aku lega akhirnya aku berhasil menyatakan sayang pada gadis yang kunikamti setiap hari dari jendela kamar kost, aku tak tahu sejak kapan aku menyayangi nya apa sebabnya.  aku juga tak mengerti tiga tahun kami lalui tanpa bicara dan tanpa mengenal .***********************Seperti malam-malam yang lain aku gelisah memikirkan kamu, kepalaku hampir pecah dengan bayang-bayang tentang kita berdua khayalanku,  harapanku untuk hidup berdua denganmu di sini di Salemba. Seandainya kau tahu aku sudah tak punya tujuan di kampung hanya panti asuhan yang aku jadikan rumah, tak ada orang tua disana aku di besarkan. Bagaimana dengan kamu wahai gadis pendiam idamanku. Dari sorot matamu kadang aku yakin kau juga punya perasaan yang sama denganku, tapi aku tak mau terlalu berharap aku tak ingin terlalu sakit jika kau tak memiliki rasa yang sama denganku.       Ku coba pejamkan mata tapi selu kau membuatku terjaga, tuhan cinta macam apa ini bagai mana jika dia suami orang atau jangan-jangan dia benar gila dan tidak waras sama seperti orang-orang bilang,  Tuhan tunjukanlah apa dia benar jodoh hamba atau hanya persinggahan. Aku ngilu memikirkan semua ini usiaku sudah di ambang matang dua puluh delapan tahun ,hidupku lumayan mapan di Salemba ada bisnis yang cukup maju ku kelola tapi tak ada alasan untuk tak pulang ke panti dan mengelola usahaku dari jauh. Badanku semakin tak kuat memikirkanya. Aku putuskan  untuk mengambil air wudhu dan beristikarah agar Tuhan memberikan jalan bagiku. Tak sadar dzikirku sudah mengantarkan aku kesubuhMatahari perlahan mengintip, segera ku buka jendela berharap kau ada disana untuk kunikmati terakhir kalinya. Naas kau tak duduk disana, kau raip dan sekujur tubuhku seperti beku seakan runtuh segalanya, pikiran bodohku menyelinap bersilang-silang. Aku lanjutkan berkemas sudah mendekati pukul Sembilan satu jam lagi. ini untuk ke tiga puluh kalinya aku menoleh ke jendela berharap kau ada di sana.tapi sama saja kau juga tak ada, hatiku ngilu. Suara gaduh terdegar di luar samar –samar ku mendegar suara-suara decak kagum. Suara pintu kamarku di ketuk terdegar suara salam yang asing, aku segera beranjak dan membuka pintu kamar. Rasa tak percaya kau telah berdiri di ambang pintu dengan gaun pengantin yang cantik secantik dirimu yang megenakan jilbab putih dan hisan mawar segar. Kebekuanku meleleh. Setelah ku menjawab salam kau langsung berkata ini itu menjawab segala pertanyaanku kemarin. Suaramu renyah dan agak sedikit berisik sungguh kau membawa keceriaan yang selama ini  tersimpan entah di sudut pribadimu yang mana. Beberapa temanku tertegun mendegar setiap kecardasan dari mulutmu. Ini sudah mepet dengan waktu keberangkatanku pulang kampung, akhirnya kau berhenti bicara dan memberi kesempatan aku bicara, uniknya kegagapanku lenyap setelah mendegarmu banyak bicara.Teman-temanku bersorak gembira, sudah jam sepuluh kurang lima kau melihat kearah jam dinding dan mengandeng tangaku. Aku diam memikirkan ini dosa gak ya…….. kau membawaku ke atas bukit disana ada surau kecil beberapa orang sudah disana termasuk ayahmu yang sudah tua. Beberapa perbincangan kami adakan dan pukul setegah sebelas kami berdua melangsungkan pernikahan yang membawa kami tinggal di Salemba selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu

 

situs resmi Dara izhhar Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting