Rabu, 19 Oktober 2011

awal musim

Diposting oleh dara izhhar di 13.31

Ini sudah menjelang magrib,matahari saja sudah siap-siap mengelincir tapi pohon plum yang tertiup angin mengugurkan daun orangenya.burung berbulu hitam ukurannya tak lebih dari lima senti sudah sibuk pulang kerumah,di jembatan ini saja orang-orang sudah ribut masalah makan malam semua orang pulang lebih cepat untuk beberapa hari kedepan.udaranya memang tak begitu bersahabat minus beberapa derajat dari biasanya,jaketku sudah tebal lapis-lapis kaos yang ku pakai tapi rasanya masih dingin entah itu memang karena cuacanya atau akunya yang sedang merasa galau, kalut seperti ada batu es tersendiri di hatiku. tumben aku tak bisa menikmati penghujung musim gugur ini,rasanya sial sekali, padahal aku sedang menghadapi perkara piribadi yang biasa saja.
Aku merasa kota kecil dan seluruh penghuninya sedang berkospirasi,membuat rencana besar untuk menghancurkan perasaan ku.aku menjadi phobia dan hiperbola beberapa hari ini.festival akhir musim akan di langsungkan sebentar lagi, ini akhir musim yang akan cukup meriah akan ada musim baru yang datang dan perayaannya lebih heboh lagi ya ini menjelang natal,yang sibuk pulang awal merencanakan konsep natal yang berbeda yang miskin menunggu santa-santa untuk berbagi kado berpita merah di sepanjang jalan.aku warga muslim senang-senang saja ada kebahagian tersendiri jelang natal mungkin karena melihat orang lain bahagia.tapi ada yang kosong tampak tahun ini teman –temanku bersia untuk mengunjungi keluarga nya di kota –kota sekitar  USA, senangnya punya keluarga dekat,aku akan sendiri di sini menikmati natal dengan  cobaan yang ganjil.
Ya sangat ganjil karena sebabnya seperti asap yang tiba-tiba menusuk hidung menjalar ke paru-paru,seperti bergereliya menembus saraf dan aliran darah rasanya sesak. Aku mengambil air wudu dan masuk kedalam masjid yang tak begitu jauh dari jembatan tadi.suara muazin telah membangkitakan saudara muslim lain untuk bersiap melaksanakan salat magrib.rasa sesak yang tadi sedikit lenyap untuk sesaat saat aku menghadap Allah swt.berdoa dan memeohon di beri ketenangan hati atas perasaan yang ganjil ini.
Hari-hari berlalu perasaan itu terkadang menyergap setelah aku keluar kelas di kampus,setelah sesaat berdiam diri di masjid.rasanya semakin berat. Kadang aku duduk sendiri di kamar megusap dadaku dan tiba-tiba tanpa izin air mata menetes. Perasaan apa ini patah semgat atau putus asa,tapi apa alasan aku tersiksa seperti ini tak dapat ku ketahui.rasa rindukah ini,tapi tak tahu pada siapa tapi rasa ini hilang sesaat ketika berdoa,belajar, dan diskusi panel.rasanya sedikit nyaman.sampai-sampai aku tak ingin mengakiri agar aku tak merasakan cobaan ganjil lagi.aduh ini semakin menyiksa,aku semakin menjadi saat berdoa di masjid sampai imam Al-tohari menghampiriku menayakan apa yang aku rasakan tapi aku tak mampu menjawab,beliau menyarankan aku untuk istigfar,bertasbih dan sebagainya.
“I try all but I don’t know why?”
“are you sure?”
“hum”
“in the name of Allah?”
“right sir”
“so you can tell me everything”


Aku menceritakan awal mulanya ini terjadi saat aku berulang tahun ke dua puluh satu,tepatnya dua bulan lalu.aku telah merencanakan sesuatu saat lulus SMA,sebuah harapan saat aku merasa cukup umur untuk berkomitmen tetap dengan seorang laki-laki.
Imam al-Tohari memberi wejangan padaku ah,rasanya semakin bersalah saja meskipun aku masih tak mengerti salah ku dimana.berhari-hari aku tak kembali pulang ke apartement aku sering menghabiskan waktu ke masjid,apa lagi selain berdiskusi masalah cinta pada imam Al-Tohari .tapi semakin sering aku berdiskusi banyak masalah,aku merasa semakin pintar, tenang dan semakin dekat dengan Allah swt. Selanjutnya imam Al-Tohari memberi saran yang mengejutkan,dan aku yang sedang kalut  justru menerima saran yang ajaib. Ini sudah awal musim dingin ,udara semakin menusuk tulang hujan salju sesekali turun jalan-jalan mulai tertutup salju putih. Ada sebuah acara khusus yang di gelar di masjid imam masjid yang lain tengah membuat sekat dan bilik-bilik kecil  di aula pertemuan di masjid, pikiran ku melayang ke warnet-warnet yang mulai menjamur di tanah air. Ada-ada saja para imam ini acara apa pula yang akan di gelar.
            Masjid Jami tempat para saudara muslim berkumpul dari belahan dunia manapun,banyak kegiatan di sini tapi yang ini tampaknya belum pernah di gelar.seorang imam asal Pakistan menyuruhku untuk memesuki ruang tamu masjid, alamak tak ku sangka banyak perempuan cantik yang duduk manis aku menjadi minder.
            “assalamualaikum,ya ukhti?”
            “waalaikum salam warohmatullah hiwabarakatu”
Suaranya lembut,sangat mengesankan mereka tampak terpelajar. Jelas mereka sama juga denganku mahasiswi dari berbagai Negara,aku adalah salah satu perempuan asia di deretan perempuan ini.ada mahasiswi asia yang lain dia asal Singapore ,tapi aku mendapat urutan duduk dekat perempuan asal mesir namanya Almira,parasnya cantik matanya teduh,ramah,dia mahasiswi S2 ,ternyata satu kampus denganku tapi mungkin kami jarang bertemu.
Ustad dari Pakistan kembali menemui kami seorang perempuan mengambil posisi duduk dekat ku namanya Luna,aku ingin ngobrol sebentar sebenarnya tapi ustad telah mengabsen kami.menjelaskan fungsi dari bilik-bilik di aula tadi.aku megeluarkan berkas-berkas yang Imam Al-Tohari minta.ternyata beliau telah menangani banyak kasus dan pengaduan yang sama kami-kami inilah yang merasa seperti tertekan tanpa sebab.jawabnya satu singkat jalannya secara islami,apa lagi kalau bukan ta arufan.sebenarnya aku ingin kabur,tapi tak enak mungkin ini jaln yang di tunjukan Allah.akan ada dua tahap,tahap pertama mengambil nomor bilik dan menjadi nomor pasangan,sedikit berdialog dengan pasangan,kalau cocok akan di nikahkan  secepatnya. Caranya unik dan kilat,kalau belum coba lagi beberapa bulan ke depan.
Aku ,Almira dan Luna memberoleh nomor berurutan.4.5.6.sebenarnya ada 12 pasang jika belum bertemu jodohnya akan terus di roling samapai cocok.
Lelaki pertama namanya Zulfandi,aku bertukar berkas dan foto terbaru,berbicara sejenak dan aku mundur. Lelaki ke dua bernama Amri sama bertukar berkas dan foto,dia mundur, lelaki ketiga,sepakat mundur bersama.ini sudah nomor empat, sebelum masuk bilik terdegar suara di sebrang mirip dengan lelaki yang ku kenal di masa lalu.Luna berjodoh degan lelaki keduanya Zulfandi, Almira berjodoh sejak pertama berkenalan,kata ustad dari Pakistan ini adalah putaran terakir dan semuanya telah memiliki jodoh. Ini adalah kesempatan terakhir, aku pasrah.
            Dia yang membuka percakapan,berkas,nama akan kami keluarkan jika merasa cocok,asal Indonesia.wah aku segera akrab mungkin karena satu Negara. Tapi apa iya,lelaki ketiga tadi cocok tapi beda visi dan masih terikat kontrak, dan  beda Negara .
Luna buktinya bisa akrab dengan lelaki Jerman  tadi berhasil. Akirnya kami sepakat untuk berkenalan lebih jauh.kata ustad kamilah yang paling lama berbincang dan sangat cocok.saat bertemu aku malah merasa canggung aku seperti mengenal tapi siapa?
Kami duduk dengan  jarak yang  wajar.
            “nama saya Burhan,ini data diri saya”
Dari aksenya kental bahasa inggris pasti sudah lama menetap di sini.benar saja dia megaku sudah sejak usia 12 tahun di sini.pantas. aku baru usia 19 tahun di sini  ya maklum.Menyelesaikan S1 dan S2,sementara dia sudah tingkat akir di hardvard.telah di terima di badan keungan ekonomi di Chicago. Ini megesankan,aku semakin tertarik.dia mencermati data diriku,aku juga begitu.satu lembar tentang riwayat hidup jelas tertulis SMP MUHAMMADIAH JOGJA,dalam kurung belum tamat melanjutan ke kelas percepatan.tampaknya dia juga membaca riwayat hidupku apa benar ini Burhan.
Burhan teman SMP dulu, aduh aku serba salah.
            “kamu juga sekolah di jogja?,sekolah yang sama kah kita? Apa kamu benar dia?”
Pertanyaan itu hanya ku jawab degan angukan, dia tersenyum lega kami semakin dekat saat SMP.dia pernah memberi puisi pada ku. Jika benar aku, aku harus membawa puisi itu kedepannya, dan minggu depan kita bertemu lagi di sini.kami sepakat.
            Entah perasaan itu,perasaan yang menyiksa meganjal pelan-pelan luntur. Apa ini yang namanya senang.aku menuju aparteman rasa senang tumbuh ,kubuka kotak-kotak di kamar yang berisi surat atau catatan kecil lain yang segaja masih ku simpan.aku terigat puisi itu semuanya setiap kata, payah tak ku temukan puisi itu di manapun,apa tertinggal di Jogja aku yakin tidak, karena semua barangku telah diangkut kesini. Kami segaja berkomunikasi hanya lewat telepon , internet dan membatasai intensitas pertemuan. Perjanjiaan pernikahan akan di jalankan setelah puisi itu di depan Burhan,lamaran akan datang ke apartemen tiga hari setelah itu.ini rancangan para Imam masjid Jami,pikah laki-laki atau perempuan boleh memberikan syarat sederhana sebelum lamaran. Dan setelah ta arufan di masjid sepuluh hari kemudiaan  akan di langsungkan lamaran selanjutnya menikah.semua peserta ta arufan tertib.kabar peserta lain di up date lewat facebook masjid. Luna akan melangsungkan pernikahan lebih awal tempatnya akan di gelar di Mekkah bersamaan degan keluarga inti Luna yang melangsungkan Umroh. Almira memundurkan sehari dari rencana awalnya karena keluarganya tidak bisa hadir tepat waktu.aku menuggu wangsit atas keberadaan puisi masa SMP. Waktu ku semakin mendesak aku tak mengajukan syarat apapun pada Burhan karena sejak aku di Chicago wali nikah ku telah di pasrahkan pada paman jauhku yang sekakek degan  ayah. sabtu ini aku belum memberi tahu keluarga Jogja  tentang rencana pernikahan tapi  acara taarufan di masjid sudah dapat persetjuan ayah,Imam Al Tohari yang menghubungi Ayah.
Ayah juga setuju,  maka imam masjid yang lain semangat megelar acara “perjodohan” ini.setiap selesai dari kampus aku mencarinya lagi,sembari chating dengan Burhan.
            Waktu berjalan ini sudah minggu siang kami bertemu di tempat kemarin,kata-kata puisi itu melekat jelas hingga akhir.sepanjang perjalanan aku terbayang puisi itu,dan aku tak berhasil membawa kertas dari masa lalu itu pada  calon suamiku,aku takut kami akan putus begitu saja.Burhan sudah duduk manis di taman membawa bugkusan hot dog dan  dua cangkir kopi.
“assalamualaikum”
“waalaikum salam”
Aku malah bigung bagaimana caranya agar aku tidak putus degan Burhan,hanya gara-gara tidak membawa puisi itu. Hot dog  dan secangkir kopi  sudah berpindah ke tanganku.aku seperiti tak punya nafsu makan,tapi aku paksakan setangkup roti dan sosis masuk kemulutku.sebenarnya dia bercerita banyak tapi aku juga sedang memikirkan keberadaan puisi itu.aku hanya menaggapi degan agukan bahkan sesekali tidak nyambung..
“puisinya gimana?”
“puisi? Em puisi yang itu?”
“iya lah”
“ga ketemu mas….”
Burhan diam,aku semakin pucat,perasaan seperti asap itu datang lagi aku tak menjelaskan apapun  ini memang salahku.ku ambil buku agenda di tasku aku mulai menulis puisi itu lagi. Burhan melirik sejenak,setelah selesai aku serahkan pada burhan, tak di sangka hanya sekilas dia membaca dan selanjutnya kertas itu hanya di kepal dan di lemparkan.aduh apa lagi ini, apa ini tanda aku harus di jodohkan lagi di tahun depan.
Aku sudah menduga jika perjodohan ini gagal rasanya pasti akan lebih menyiksa,aku syok ingin muntah, panik dan tak mau bicara lagi.
“ke toilet sana muntah dulu”
“um?”
“panikkan,kamu syok,dan ga enak badan,pucet baget sih yank”
“um?”
“aneh, dari dulu ga berubah,gampang cemas”
“ah?”
“aku ga lupa lagi yank,kamu pernah panik gini waktu berbuat salah mecahin gelas di kantin mana stegah lusin lagi”
“kamu ingat?”
“ya iyalah,udah ga papa, kamu masih ingat puisi itu,keren, padahal kamu pelupa”
“heh… tergiang-ngiang sih”
“Yuk jalan nyari perlengkapan lamaran yang sederhana aja ya ga usah yang mewah bokek tau.”
Aku jalan berdua degan Burhan sebagai calon pegantin, dan acara lamaran di majukan sehari,ayah segera ku beritahu, paman langsung meluncur dari Kanada dan acara akan di gelar. Sebuah hall sederhana di kampus segaja di pinjam untuk acara lamaran,pihak kampus memberi gratis karena aku masih tercatat  sebagai mahasiswi di sini.seluluh keluarga burhan datang om Faris cukup kaget karena calon matunya adalah aku teman Burhan yang sering di ajak pergi bersama,tante Claudy ibu Burhan, sudah meniggal dua tahun lalu akibat kecelakaan pesawat saat berkunjung ke papaua.aku sudah tahu tentang kecelakaan yang merengut nyawa tante Claudy,aku prihatin tapi inilah kenyataan.aku dan Burhan harus bertahaan.acara lamaran berjalan lancer paman dan bibiku serta keponakan ku tinggal di home stay tak jauh dari masjid jami. Saat menjelang pernikahan semua surat-surat telah di urus om Faris di KBRI,aku dan Burhan mendaftar di masjid Jami,ada kabar beredar satu pasangan gagal bersanding akibat kecelakaan lalu lintas.sang mempelai laki-laki megalami koma.kali ini masjid di seteng penuh mawar dan lily dan beberapa buga ester dan bunga lainya,mungkin pesanaan dari mempelai lain. Sebuah panggung kecil tepat di samping mimbar,masing-masing pasangan sudah mendapat jam akhad nikah,aku dan burhan mendapat jam malan jam bak’da isya, ini tanggal 24 desember,aku akan nikah di pergantian natal. Ayah telepon untuk mendegar akad nikahku. Lafal ijab dan kobul menggunakan bahasa Indonesia.
Dan semua berjalan lancar.
Dewi azahra ratnawati
DeNgan
Galih prasetya burhan
Masjid Jami , Chicago

Jogja,23 des 2010

0 komentar:

Posting Komentar

mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu

 

situs resmi Dara izhhar Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting