Rabu, 19 Oktober 2011

Laikah

Diposting oleh dara izhhar di 13.29

“Akh……kau ini ya diam saja punya mulut tak? Jawablah semau hatimu lah”
“anu bang…..begini saya jawab apaun hasilnya sama sajakan”
“alah abang bilang jawab Lai”
Lai masih  diam tak berkutik di depan abang Marjih,laki-laki yang akan mengawini Laikah sebulan lagi.Lai memang tak bisa menjawab hatinya juga sedang goyah ada pula Santo laki-laki yang lebih tua darinya dan lebih muda dari bang Marjih tengah ia gandrungi, naas tak ada kejelasan tentang hubungan mereka. Masalah dengan bang Marjih Lai juga yang membuatnya.awalnya  memang tak niat Lai mengoda,tapi memang Lai yang masih perawan belasan tahun ,lugu,punya banyak cita-cita dan punya wawasan luas dari pada perempuan muda lainya di kampung membuat Lai sangat menarik untuk di jadikan lebih dari sekedar teman tidur,bisa di ajak ngobrol santai tapi tetap terpelajar.
Bang Marjih bukan orang sembarangan di kampong dia adalah Seniman yang di segani dan sangat menghormati pendapat orang lain,Lai adalah murid kesayangan Bang Marjih,niat dan bakatnya di seni memang sudah menonjol ketyimbang yang lainnya,pendidikanya S1 seni di Jogja.kedekatan Lai dan gurunya itu tak sengaja tapi sejak mengarap naskah yang mengharuskan Lai beradu akting dengan gurunya sebagai pasutri mereka semakin akrab tak ada kecurigaan dari orang lain memang, terlebih Nyi Sekar,istri dari Bang Marjih.
“Lai!!! Jawab !Bagaimana kau dengan Santo?”
“aduh bang tak tahu aku pula apa mau orang itu,taulah kau dia diam seperti itu”
“apa yang kau lihat dari dia Lai?”
“baik bang,itu saja”
Kini giliran bang Marjih yang diam,Nyi sekar adalah perempuan solehah yang rela tinggal di rumah menjaga anak-anak,sekedar memasak dan mengurus suami.
Ya pekerjaan yang biasa lah . intonasinya lembut jarang sewot semarah apaun tetap lembut.Lai adalah perawan yang jauh dari sifat Nyi sekar yang rajin,kerjanya ngaggur,tak jelas, emosional,kadang berlebihan,bagun siang aduh kacau deh. Tapi sifatnya yang legowo dan mudah berteman itu mungkin loh yang memebuat dia sidikit istimewa.


            “kau sudah bertemu Nyi kan?”
            “sudah bang,tapi kok bisa?”
            “entahlah lah Lai,kenapa ikhlasnya luas”
            “sudah bang ,sekarang Lai ikut saja”
            “tapi kau sudah menerima lamaran abang”
            “belum lah bang ,Lai masih berpikir ini, aku kan masih muda punya banyak mau”
            “boleh abang Tanya tentang Santo Lai?”
            “eh kok dia lagi,tadi abang teriak-teriank marah?”
Bang Marjih hanya mengeleng kepala,dan tersenyum simpul khas nya.
Lai dan bang Marjih saling diam,sore itu di aula seni kampung tempat berpusatnya semua kegiatan remaja dan seni  dua orang ini tak berbincang lagi hanya diam.suara burung, jangkrik, sesekali suara ayam membigkai  kejadian  perbincangan yang alot, perkara perasaan  yang  belum bertemu ujungnya sisa hujan dan bau tanah basah masih tercium di sana-sini. Put,seekor kucing liar yang gemar berteduh di aula menghampiri Lai,badanya sedikit basah terkena air hujan.kebetulan Lai membawa beberapa nasi sisa yang ia makan di aula sebelum Bang Marjih datang. Put seperti di hampiri peri penolong setiap bertemu Lai, tanpa di minta Lai selalu menyediakan makanaan seadanya buat Put.
Dipikiran Lai masih ada Santo,laki-laki pendiam yang akir-akir ini dekat denganya,hubugan mereka merengang beberapa bulan lalu,tanpa ada alasan yang jelas.
Tapi Lai mencoba menguji perassanya degan Santo. Dia yakin perasaanya di dasari niat yang baik , kuncinya sabar dan ikhlas. memang beberapa malam ini perasaannya menjadi gusar, dia mencoba ikhlas dengan apaun keputusan Santo nanti.Lai tidak mau menyerah dan menyayangi Santo apapun yang terjadi.
            “masih sayang denganya Lai?”
Lai hanya mengangguk
            “masih berharap denganya?”
Lai hanya tersenyum
            “mau jadi istri abang Lai?”
Lai seperti menelan bom
            “apa perasaanmu sama abang  Lai?”
Lai mengeleng
            “lalu tentang Nyi apa pendapatmu”
“abang ni kurang apa perempuan sesempurna itu,aku tak tega bang, baik nian dia ke aku bang, tak berani kurang ajar aku,aku menghargai abang sebagai guru,kalau di bilang sayang ya sayang tapi Cuma sebatas kagum tak lebih”
“bagus Lai”
“sudah bang jangan bahas lagi”
“hai, kau dengan Santo bagaimana?”
“entah bang”
Laikah tak bisa berkata setiap dihadapkan dengan santo.Lai seperti ditampar sendiri oleh perasaanya yang berlebihan. Layaknya Laikah berbicara pada hatinya tak seharusnya dia terlalu mencintai laki-laki dia juga sudah tau konsekuensinya.jika hanya di gantung siapa yang sakit?. Hujan kembali datang bang Marjih sudah pergi sejak dia merenung dari tadi. Permasahlahan perasaan ini menjadi tak sanggup  dia mengerti sendiri.
Lai harus membiasakan diri dengan keadaan seperti ini sekali lagi.Put masih tertidur di sela kaki Lai. tentang hubungan yang meragukan ini Lai masih diam dan membiarkan apa yang terjadi sebulan lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu

 

situs resmi Dara izhhar Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting