Rabu, 19 Oktober 2011

Aurora buat habibie

Diposting oleh dara izhhar di 13.35


Kau bawa selembar angin dan tiga warna awan kau suruh aku mencoret-coret siangin dengan banyak warna yang telah kau olah.
“aku sudah lelah”
“teruskan sebentar lagi selesai”
Kenyataannya tubuhku sudah lemas tak sanggup lagi melukis angina, kau tetap saja memaksaku menyelesaikan lukisan yang sejujurnya besar banget.
“aku lelah”
“itu oleskan warna violet sebelah sana”
Aku benar-benar lelah ,ku lemparkan kuas ke atas bukit dan berlalu pergi.
Kau tetepsaja disana memungutikuas membersihakan awan-awan yang berserakan, kau berjuang sekuat tenagamu padahal kau menahan sakit di kursi rodamu. Diam-diam aku memperhatikanmu dar balik semak, kau ambil kuas yang ku lempar kearah bukit dan kau berkata pada Langit.
“Tuhan terimakasih kau dudukan aku diatas kursi roda sepanjang hidupku ini,apa aku bias belajar melukis angin jika Kau berdirikan aku?”
Kau diam beberapa saat….
Angina yang kulukis bergerak perlahan seperti mengikuti arus. Sangat pelan seperti berirama.kau berkata lirih sekarang.
“Aku bersyukur Tuhan ketika sahabatku melangkah pergi, aku….Kau tamper dan Kau memeluku karena dalam sepi aku kembali padaMu”
Hatiku ngilu mendengar rasa syukurmu atas egoisku ka uterus berterimakasih padahal kebanyakan orang mengasihanimu menyudutkanmu di sebuah ruangan.


            Sekarang aku paham apa arid an mengapa kau menyuruhku melukis langit . langit yang kau lukis dengan warna-warni awan ternyata itu adalah lautan ilmu,lautan pembelajaran ratusan buku dirak ruang baca yang kau rangkum menjadi satu kata “syukur” meski dalam seribu kekurangan dan selau tak sama dangan apa yang kau harapkan. Kau tretap tegar berjalan.
Kau menamparku dengan “terimakasih teman” ,iginaku berlari menujumu ,memelukmu dan mengucap banyak maaf atas ketulianku tak mau mendengar lukisan anginmu. Maaf aku tak mempraktekan setiap lukisan anginmu. Hatiku berteriak tentang kekecewaanku yang tak sadari sedari dulu mencari maknalukisan anginmu.
“Tuhan terimakasih gurumuda ini menamparku dengan cara paling lembut yang Kau gunakan untuk meneggur,aku ingin selau berlajar pada guru mudaku”
Bisiku di telingamu dengan suara terisak,
“hai, jangan begitu Tuhan selau memilihkan yang kita butuhkan bukan jalan yang kita inginkan”
Balasmu dengan suara terbata.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu

 

situs resmi Dara izhhar Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting