Udara sangat panas dan matahari sangat terik di
perbatasan negri syam, kuda-kuda yang sedari tadi di ikat mulai di lepaskan
agar menuju oase terdekat. Ini adalah perkanpungan kaum zurd perkampungkan
kecil dengan kekayaan yang melimpah. Gadis-gadis akan di perjual belikan
sebagai budak jka dia tidak memiliki kemampuan diplomasi dan berdagang, jika
ada seorang pedagang dari kaum ini membeli budak jika pantas berdiaga,dia akan
di pajang sebagai pemikat, berdiplomasi
masalah perniagaan sangat penting di sini. Menimba ilmu dari menjadi penjual sangat
lah penting kau bisa menabung sedikit-demi sedikit untuk mencari tanah lapang
kau dirikan rumah dan mulai berniaga dengan trikmu.
“zeus”
Seekor kuda hitam menghampiri diriku, namanya zeus
dia kuda perang induknya adalah kuda perang ayah setelah melahirkan dia di
rumahkan sebagai sumber susu dan keju.
Warna nya hitam legam sebagai
kuda jantan dia sangat mempesona, banyak saudagar yang lalu-lalang ingin
membelinya. Aku menolaknya dia satu-satunya kuda perang yang mendiang ayah
tinggalkan ,untuk membantuku berniaga kain dan beberapa tembikar. Menjadi
seorang saudagar wanita di usia enam belas tahun merupakan tantangan
tersendiri, karena sejak daganganku mulai laku keras,aku langsung masuk kelas
bangsawan. Tak ada seorang budaku yang boleh menyentuh zeus menyentuh zeus sama
dengan menyentuhku. Sebagian budak berkerja menenun sebagian lagi membantuku
untuk keperluan di rumah, kebanyakan penenun adalah budak laki-laki, sementra budak
perempuan di rumah.
Berjalan di pasar di temani beberapa pengawal,
mencari tahu harga pasar atau sekedar membeli beberapa pakaian yang akan diriku
kenakan untuk pertemuan dan jamuan yang diadakan di lingkunagan suku.tahun
semaikn bertambah usiaku ganap delapan belas tahun dengan pemasukan yang banyak
,banyak pemuda bangsawan ingin meminagku. Tapi saya belum ada yang pas dari
golongan bangsawan-bangsawan di suku zurd, setiap kedatangan laki-laki yang
ingin melamarku diriku selalu teringat akan pesan mendiang ayah sebelum dia
berangkat ke medan pertempuran melawan kaum muslim dan gugur di sana.
“kau akan mengendarai kuda hitam yang kuat,dan kau
berhadapan dengan kekasihmu”
“lalu”
“kekasihmu adalah bintang redup dan hanya kau yang
bisa melihatnya meskipun dia di kejauhan bermil-mil darimu,engkau akan
mendapatkanya dan kau hanya akan hidup bersamanya kau akan menjadi orang yang
paling bahagia jika kau bersama bintang redup itu,apapun keadaanmu”
Setiap ada laki-laki yang hendak meminagku, aku akan
segera mengendarai zeus melihat dari kejauhan apa diriku bisa melihatnya
meskipun jaraknya bermil-mil.ternyata tidak,terkadang untuk mensiatati syarat
yang aku ajukan benyak dari mereka yang mengunakan pakaian terang,agar mudah
diriku melihatnya,tapi usaha mereka sia-sia.
Suatu hari saudara ayah datang menjeguk keadaanku
yang sait demam karena seharian berpuasa
dan hanya menghadap dewa thum,dewa kepercayaan kaum zurd, selama sehari diriku berusaha embuka mata baitin unuk menemukan
bintang redup yang ayah katakan,yang diriku lihat bukan hanya bintang redup di
mimpiku melainkan bintang terang yang berjajar ,namun terselip jauh di belakang
bintang yang sangat terang diriku melihat satu bintang dengan nyala yang tak
begitu terang dan dirku bisa melihatnya
dengan jelas.
“Ya, muhhaya,menikahlah dengan jamal bin sahif bin
tsuban, dia ingin menikah dengan dirimu”
“jamal bin sahif adalah orang baik paman, saya
bersedia menikah denganya, tapi setelah melalui ujian yang saya berikan dia
bukanlah bintang redup yang ayah kabarkan”
“apakah kau akan menjadi bangsawan yang akan menjadi
perawan tua ya muhhaya”
“tentu tidak paman,saya kan bertemu bintang redup
itu segera”
Menjadi bangswan merupakan kemewahan banyak akses
akses yang mudah ,terlebih aku jauh dari penjualan gadis-gadis. Perempuan yang
mandul kan di gantung di sini , tak ada yang sudi membeli budak mandul karena
dianggap tidak berguna.
Kali ini aku ditugasi untuk memimpin pasukan
perempuan, agar memiiki keahlian berperang dan mengunakan pedang untuk
mengahdapi perang dengan kaum muslimin yang sudah di umumkan di golongan
bangsawan.dan dirikulah yang mejadi panglima perang perempuan di sini. Prajurit
ku adalah janda dari perang sebelumnya anak-anak nya juga ikut berperang tampaknya
mereka sama sepertiku ingin membalas dendam atas kematian orang yang mereka
kasihi.
Mengandarai zeus,menuju medan pertempuan,paman
mengatakan bahwa perkemahan kaum muslim tidak jauh lagi, kami segera mendekat.
Aku menghentikan zeus dan berbaik arah pulang, beberapa orang terkejut
melihatku meninggalkan barisan perang, sekutu-sekutu kami mendekat pertempuran
sebentar lagi terjadi, namun tampaknya di tunda karena salah satu panglima perang
perempuanya sudah kabur sebelum berperang, Jamal bin sahif mengikutiku,
mengajaku maju untuk berperang.
“muhhaya mengapa mundur, kau akan menjadi pengecut
ayahmu di binasahkan mereka,”
“jamal, tahu kah kau bahwa yang ku lihat tadi jauh
di belakang barisan kaum muslimin itu adalah bintang redup yang mengalahkan mu
atas ku”
“akan ku bunuh dia, beraninya menghalaiku
mendapatkan dirimu muhhaya”
“jangan, atau pedang pamanku sendiri, panglima
perang dari suku kita yang membunuhmu”
“lalu kau akan mengikut golongan muslimin menjadi
tentara mereka, sementara keahlian pedangmu diatas kami kaum laki-laki,kemampuan
strategi perang mu sungguh lihai dan jitu lalu kau akan menyi-nyiakan setiap
usaha mu sendiri untuk peperangan ini .kau akan melindungi bintang redupmu?”
“jika ya, apa yang hendak kau lakukan Jamal?”
“membunuhmu”
“membunuhku kau akan membunuh perempuan yang kau
cintai?”
“muhhaya ku mohon kembalilah kebarisan,”
“baik lah aku akan kembali ke barisan ,namun aku
akan di samping paman sejajar dengan panglima lainya”
“baiklah, akan ku rundingkan dengan pamanmu”
Jamal mendekati paman dan merundingkan bahwa diriku
juga masuk barisan depan bukan barisan belakang sebagai benteng pertahanah
terakir,
“muhhaya, kau di izinkan masuk namun biarkan
pasukanmu di belakang sebagai benteng tarakir muslimin tak berani menyerang
perempuan, mereka melindungi perempuan!!!!!!”
Hatiku seketika itu bergetar, mendengar kebijakan
perang mereka,diriku dan zeus masuk barisan depan
“paman, mereka tidak menyerang?”
“mereka tidak akan menyerang sebelum kita yang
memulai”
Sinar yang di pancarkan bintang redup itu semakin
jelas terlihat di mata batinku.
“paman jika kita kalah”
“kau akan menjadi tawanan, dan kita harus masuk
islam dengan rela hati”
Zeus semakin tak terkendali dia ingin berlari,
“muhhaya kendalikan zeus.”
“maaf paman”
Seketika itu diriku tergerak mengambil pedang paman
yang di segani menjadi panglima besar di golongan ini. Ku pacu zeus,terus
melaju semakin kencang menuju barisan muslimin.
Di barisan muslim
“serang”
“tunggu dia perempuan,namanya muhhaya, bangsawan
perempuan seorang perempuan yang memiliki pengetahuan luas di usia muda,
kemampuan berniaga, kemampuan pedang,dan taktik perangnya di atas rata-rata”
“lalu mengapa dia kemari”
“dia juga ahli diplomasi, tunggu dia mungkin
menyampaikan kabar dari kaum kafir”
Paman dan Jamal, terus mengejarku
“muhhaya kembali!!!!”
Semakin terang saja bintang redup itu,
“muhhaya, menyerahkan diri dan masuk Islam”
Sambil melemparkan pedang kebesaran milik paman di
hadpan kuda panglima perang mereka
“kafir!!” teriak salah seorang dari meraka
“jangan kau kafir-kafirkan saudaramu, dia
berkeinginan masuk barisan Islam, jangan sampai kau membuatnya sedih dengan
perkataanmu”
Paman dan Jamal terperangah dari kejauhan, diriku
yang terkenal memusuhi Islam,justru berbalik arah membela Islam dan masuk
Islam.
“Muhhaya apa ini siasat perangmu”
Teriak paman dari kejauhan.
“tidak paman,saya sungguh ingin Masuk golongan
mereka”
“Muhhaya, mana mungkin kami memerangi dirimu”
“masuk lah Islam paman Agama yang di rahmati
Tuhan,agama dengan sejuta kebenaran dan cahaya,agar engkau tak memerangiku”
Panglima perang Islam hanya tersenyum,dan saling
menatap satu sama lain
“Muhhaya, ucapkan dua kalimat syahadat, dan kau
masuk kebarisan belakang kami akan melindungimu”
Saat itu diriku mengucapkan kalimat syahadat,
disaksikan ratusan muslim lainya. Paman dan Jamal hanya melihat dari kejauhan.
Pedang yang selama ini menemaniku ku letakan di sebuah tempat untuk barang
rampasan perang.
Seorang perempuan menghampiriku ketika aku turun
dari kudaku.
“masuklah tenda”
“tunggu,aku ingin kembali kedepan apakah paman dan
Jamal mengikutiku?”
Seorang pemuda yang memancarkan cahaya redup dari
wajahnya menghampiriku. Jantung ini semakin berdebar ketika dia mendekatiku.
“pamanmu dan kawan mu Jamal,kembali barisan kafir”
“haruskah kita memeranginya”
“ya, ketika mereka menyerang”
“baik lah,apakah kalian membutuhkanku untuk
mengetahui strategi perang mereka”
“tentu saja”
Ketika pertemuan di dalam tenda di gelar membahas
strategi perang lawan. Suara pedang sudah mulai terdengar,saya hanya saling
menatap dangan seorang pemuda, yang mengurus strategi perang di kubu Islam.
“mari masuk kita hanya punya waktu sedikit pastikan
korban peperangan di Islam sedikit”
“tenaglah mereka akan meniggal dalam keadaan jihad
fissabillilah”
“saya paham,tapi taktik perang ini saya juga ikut
menrancangnya”
“lalu”
“kaum mereka akan menyerang islam dalam dua periode
berdekatan,itu adalah yang membahayakan.mereka takan berhenti menyerang di
pertempuran kedua, boleh jadi kau akan mengejar mereka, mereka menyiapakan
beberapa jebakan kasat mata di bagian-bagian tersembunyi di
persembunyiansebaiknya jangan di kejar biarkan mereka mengunakan system
menyerang sekali lagi untuk peperangan yang ke dua”
“apa mungkin mereka mengubah strategi perang ketika
mereka mengetahui terang-terangan kau masuk islam”
“ada kemungkinan itu, cari lah pemuda bernama Zrul
dia ,adalah ahli strategi perang dan pandai membaca musim,dia ahli dalam
pertempuran skala apapun”
“dari sekutumu yang lain”
“Umarah ,Halfas, Lukas dan Gafar,mereka ahli dalam
membuat rencana pertempukan kelicikan mereka di luar batas , hidup di kungkungan
mereka sama saja neraka,jika ingin mudah bunuh lah otaknya peperangan ini”
“dimana lokasi mereka”
“di pertegahan barisan dan ujung barisan mereka yang
akan memberi kode, peperangan”
Laki-laki bintang redup adalah salah satu pemuda di
garda belakang, di yang menyiapkan pengobatan. Bagi para syuhada-syuhada
perang.dia sigap, dan cekatan ketika ada yang mundur dan terluka. Peperangan
ini di mengakan oleh kaum muslim.
Di suatu sore setelah peperangan di kota madinah.
“muhhaya,apakah kau sudah menikah”
“belum, Imam ku”
“apakah ada yang kau inginkan jauh di hatimu itu
dari sekian banyak pemuda muslim”
Dengan sedikit malu aku menjawab
“ada imam ku, dia yang menyiapkan pengobatan dia ada
di garda belangkang saat peperangan”
Imam mengigat kembali nama-nama yang di letakan di
garda belakang. Imampun berinisiatif memanggil pemuda yang ada di garda
belakang. Dan memanggil mereka untuk berkumpul di rumah Imam.
“ sembunyilah di balik tirai Muhhaya, kau bisa
mengitip dari sana dan sampaikan kepada istriku siapa yang kau pilih”
Setelah di adakan jamuan ringan hanya dengan roti
gandum yang keras ,beberapa kurma dan air. Imam mulai membuka perbincangan
membicarakan tentang seklas tentang diriku dan keinginanku untuk menikah dan
bernaung di lindungan Islam.
“bagi lelaki yang sudah menikah dan akan menikah di
persilahkan untuk maju dan pulang,”
“Imam bagaimana jika saya berkehendak pada Muhhaya?
Sedang saya sudah beristri,”
“sangupkah engkau, sebagai Imam rumah tangga yang
adil bagi keduanya?”
“insya Allah”
“baik lah,ada baiknya kau mendekati trai agar Muhhaya
melihatmu,jika dia Meridhai mu dia akan menjadi istrimu jika tidak , silahkan
pulang”
Laki-laki itu mendekat ke tirai, sebelum terlalu
dekat, aku mengatakan pada Istri Imam untuk menghentikan langkah laki-laki Itu
karena bukan dia orang yang aku cari.
Tak berapa lama imam mendekat ketirai,
“keluarlah muhhaya, sudah tidak ada laki-laki yang
hadir mereka sudah pulang setelah peperangan usai mereka memutuskan menikah,”
“jadi tidak adakah pemuda itu, pemuda yang ada di
garda belakang, pemuda yang bercahaya redup itu”
“bercahaya redup?”
“iya Ummu, dia adalah laki-laki yang bercahaya
redup,tapi hanya diriku yang dapat melihatnya , ternyata dia sangat bercahaya
dan terang , justru bukan redup seperti yang di kabarkan ayahku”
Terdengar suara kaki yang berlari tergopoh-gopoh.dan
dari luar kediaman Imam yang sederhana terdengar salamdengan nada bersahabat
“assalamualaikum Imam”
“walaikum salam, siapa?”
“saya zul, ibu saya meyusul saya yang sedang
mengembala kambing,mengatakan bahwa Anda sedang mengumpulkan prajurit yang ada
di garda belakang,”
Saya dan ummu hanya saling menatap dan tersenyum
“baik lah Zul, masuk lah,”
Entah mengapa perasaan ini menjadi berbunga ketika
melihat sosok pemuda sederhana seperti zul cahaya redup itu semakin terang
terpancar dari tubuhnya. Setelah menyerahkan satu kendi susu ke pada Imam Zul
di persilahkan duduk.
Ummu meletakan susu kambing itu ketanganku
mengisyaratkan bahwa harus diriku yang menyediakn susu untuk zul.perasaanku
semakin berbunga kami hanya saling menatap sekilas, kemudian aku berlalu ke
belakang untuk menuangkan susu untuk Imam dan Zul. Tampaknya zul sedikit cangung dan tersipu malu ketika
pertama melihat diriku.
“kemana yang lain Imam”
“sudah pulang”
“acaranya sudah selesai?”
“belum, tunggulah sebentar”
Imam menanyakan apa Zul sudah menikah, apakah ada
keinginan untuk menikah. Zul menjawab dengan jujur bahwa dia belum menikah,
namun berkeinginan menikah ada beberapa perkara yang dia rasa akan menghambat
dia menikah. Karena kondisi kelurganya yang sederhana terlebih ibunya yang
mulai sakit-sakitan. Dia juga mengatakan bahwa keterlambatanya karena kondisi
ibunya hanya dapat berjalan dengan lamban sehingga dia tidak datang pada
waktunya.
“ada seorang saudarimu,dia baru saja beriman, dia
membutuhkan pembimbing, dia ingin berubah menjadi yang lebih baik apa kau
sanggup membantunya?”
“apakah dia seorang perempuan, yang usianya lebih
muda dari diriku, dan berkeinginan untuk menjadi saudari angkatku?’
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
Ummu mengambil alih pembicaraan, dia menjalaskan
siapakah yang di maksud Imam dengan sebuatan Saudari,itu Ummu menjelaskan
keinginanku untuk menikah dengan Zul. Zul sempat terdiam, Ummu paham bahwa Zul
sedikit ragu. Perlahan Ummu dan Imam meyakinkan Zul untuk menikah. Tak lama
Imam memanggilku untuk keluar.
Aku keluar dengan membawa dua gelas Susu yang di
berikan oleh Zul pada keluarga Imam, dan kami berkenalan setelah dirasa ada
hasrat dari keduanya. Imam akan menikahkan kami esok lusa. Agar zul dapat
mempersiapkan rumahnya untuk diriku. Dan menyiapkan mahar yang sudah zul persiapkan jika dia hendak
menikah.
Hari berganti Zeus dianatarkan ke rumah Zul oleh
seorang kerabat dekat,agar di gunakan sebgai kendaraan saat menuju rumah Imam.
Matahari semkin terik. Suara segerombolan kuda terdengar dari kejauhan.
Mungkinkah itu Zul dengan Zeus? Namun tidak mungkin Zeus mengelaurkan suara
yang sangat ramai bak segerombolan kuda. Tak lama suara itu berhanti di depan
rumah Imam.
Seorang pemuda turun dari Kudanya dan menghampiri
Imam, setelah mengucap salam. Dia memperkenalkan diri
“Imam, nama saya adalah Jamal bin sahif bin tsuban
karib Muhhaya binti syahuf bin Isman, yang kini masuk islam dan tinggal
bersamamu di kediaman mu ini, perkenankan saya untuk bertemu denganya sekali
saja”
Imam yang paham segera memanggilku keluar
“jamal, mengapa kau datang kemari?”
“Muhhaya, engaku adalah kecantikan di Kaum Zurd,dan
memilih Islam sebagai agamamu. Kami mengikhlaskanya karena ini kehidupanmu.
Bersamaan dengan kedatanganku ,saya mengatarkan seluruh Harta benda dan ternak
Unta mu yang kau tinggal kan, kami sangat memikirkan dirimu setelah peperangan
Itu, kami takut engkau akan kekurangan”
“aku telah berkhinant dari kalian,mengapa tak kalian
ambil saja”
“ya semula saya berpikiran begitu, namun ini milikmu
tak berhak seorangpun mengekangmu, karena ini pilihan Hatimu”
Zul mengendarai Zeus masuk diantara orang-oarang
yang mengelilingi kami. Mungkin dia heran.
“muhhaya, barang-barang ini saya kumpulkan
diam-diam, saya takut kalau-kalau ada yang menganggu,perjalanan ku
menemuimu,namun syukurklah tidak ada kendala yang
menghalagi,pakailah.dirikanlah rumah yang lebih layak,gunakan untuk dakwahmu
dan membantu saudara-suadaramu yang lain”
“jamal, apa ada keinginanmu masuk Islam?”
“ya, tunggulah diriku yang akan menemukan cahaya,
aku janji akan segera menyusul dirimu tinggal di kota madinah ini, kau akan
menikah?”
“ya”
“dengan laki-laki yang memegang Zeus”
“ya,dia zul”
Jamal mendekati Zul,Jamal berbicara lirih. Entah
kenapa zul tersenyum setelah mendengar ucapan Jamal. Setelah Jamal Ikut hadir
di acara pernikahan Ini ,dia pamit kembali keperbatasan Syam.
Dan namaku di ganti menjadi Fa’iqah oleh suamiku,Seluruh
hartaku yang di angkut dengan Unta,di boyong kerumah Zul,sementara diriku dan
zul duduk berdua mengendari Zeus. Baru hari ini Zeus tampak lebih tenang dan
tidak agresif. Dan kami berdua memulai semuanya untuk hidup yang lebih baik.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar
mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu