oleh Ade Van Ruwat Sengkolo pada 23 Maret 2012 pukul 12:12 ·
Dalam malam dalam bayang
menjejakan kaki pada rindu yang tak bertepi
tak kuasa aku harus terus hidup begini
dalam keksesatan dunya yang menghakimi
tersadar diri tak mampu sendiri
tak ada yang bisa ku lakukan kecuali menunggu waktu
aku duduk termenung di sudut tempat
tak lebih lebar dari kuburan
tak lebih terang dari liang lahat
berliku dan terlalu sulit untuk di jelaskan
seperti labirin yang tak berpintu keluar
setiap sudut yang kutemui hanya kemunafikan,syirik, dan rasa yang mematikan hati.
aku memutusan mengurung diri
dibalik korden-korden putih berharap
ada yang menarik ku keluar memaksaku untuk tak belajar di tempat yang seperti itu.
tak ingin kupalingkan wajah ke masa lalu ketika
niat berhijrah sudah tentu pasti.
gersang nya paparan di gurun tak kurisaukan
akan ada satu tempat yang sudah di janjikan
tempat sejuk dan nyaman.
janji itu tidak akan ingkar
sang pemegang janji selalu setia mendengar
bisik hati yang meminta
tak pernah aku mengubris mangapa proses
sebegini kejam
terkadang aku tertawa lalu menangis
ini cuma guyon, guyon yang harus di lewati
ujian berat bagiku itu berarti proses yang sudah dipilih
proses untuk terus bersabar.
membuka topeng, membuka hijab agar hati ini terang.
imanku sedang di uji,di ombang ambingkan sedemikian rupa
di perlihatkan kebrobrokan dan keganjian yang sangat dekat
di perlihatkan ketenagan yang sangat jauh dan menyakitkan
saya harus memilih antara tangan AZALI atau tangan staff nya gusti Allah SWT,
tapi aku harus tenang menghadapi proses ini.
aku harus berani untuk duduk tegak di atas pelana kuda
melewati ribuan kilo ujian yang berujung akhirat.
aku harus berani duduk tenang di balik meja
siap-siap dipanggil oleh yang Maha memahami situasi hati.
berkata
"hei,sudah siap jadi navigator untuk nahkodamu yang ini,
menjalankan kapal besar yang itu, mengarungi samudra yang lebih tak bisa kau terka dari samudra sebelumya"
aku tak boleh gugup aku harus segera berdiri dan membalas
"ya siap saya siap,saya sudah belajar dan akan lebih bisa mengerti situasi
gelombang di samudra yang itu setelah melewatinya"
dan Dia menjawab
"ya..ya, lakukan angkat kaki segera ke samudra"
dan aku berhenti
"tapi nahkoda itu belum menjemput"
"kau mau berlayar atau tidak itu pilihanya?", jawab-Nya singkat
"oke.. saya jemput nahkoda itu" jawabku tenang
"ya... segera pergi ke kapal yang besar itu ya angkat jangkar" jawab-Nya penuh arti
terkadang hidup seperti guyon,
aku berlayar dengan ridha-Nya
siap nga siap kita harus selalu di uji dengan pertanyaan hati yang aneh
jawaban kita pun kadang nyeleneh,
tapi Dia lebih memehami apa yang sebenarnya terjadi dan akan terjadi.
bisakah setiap manusia ikhlas memahami ketetapanya, menjalani proses yang tak sama
satu dengan lainya.
ida irawati
0 komentar:
Posting Komentar
mohon komen tidak sara,saru,dan tidak menganggu